Senin, 24 September 2012

Fotografi Makro


Fotografi Makro
Fotografi makro adalah salah satu kategori fotografi yang membuat pembesaran terhadap suatu object. Atau bisa dengan kata lain dunia fotografi yang diperkecil kedalam dunia Micro.
Pembesaran tersebut bisa dilakukan dengan medekatkan obect dengan kamera, atau pun dari jarak terentu  dengan  menggunakan lensa tele. dan harus tetap mengusung konsep “Foto yang berbicara” dengan melibatkan unsur komposisi, POI dan keseimbangan.
Benda-benda yang dapat di makro adalah:
  • Benda mati/diam
Seperti: sendok/garpu,perhiasan, uang koin, perangko,bunga,miniature mobil2an, souvenir dll.
  • Makhluk hidup
Seperti : serangga, kupu-kupu, bunga tanaman, laba2, dll
Alat bantu untuk fotografi makro:
1. Kamera Saku/Prosumer
Dengan kamera saku/prosumer pun kita bisa mengabadikan keindahan sebuah bunga mawar, sebuah kupu2 yang hinggap di bunga  untuk menghisap madunya. Karena saat ini tekhnologi digital telah memungkinkan kita untuk melakukan fotografi makro dengan hasil yang tidak kalah bagusnya dengan kamera professional. Hampir semua kamera saku/prosumer yang sudah menyediakan fasilitas macro (biasanya ditandai dengan lambing gambar bunga tulip). Dan memungkinkan kita memotret dengan jarak focus kamera dan bendanya hingga beberapa sentimeter saja.
Saat ini sudah tersedia filter/alat tambahan yang dapat di pasang di kamera saku didepan lensanya untuk fotografi makro seperti Raynox dan filter lainnya untuk mendapatkan pembesaran yang lebih .
2. Kamera SLR (Single Lens Reflex) baik analog maupun digital.
Semua kamera SLRDSLR kini sudah memiliki fasilitas untuk fotografi makro dengan menggunakan lensa yang berbeda-beda , dan biasanya jarak antara focus lensa ke objectnya akan berbeda tergantung jenis lensa yang kita gunakan.
Untuk lensa khusus makro biasanya jarak object ke lensa bisa sampai 20 cm, tapi apabila kita menggunakan lensa tele maka jarak terdekat yang bisa kita dapatkan titik focus biasanya lebih dari 1 meter dari object.
Sekarang telah banyak tersedia alat tambahan berupa filter close up, filter Lup/Raynox dan reverse lens (sebuah lensa yang dimodifikasi) yang di tempelkan didepan lensa, maka jarak antara object dan lensa akan semakin dekat untuk mendapatkan pembesaran lebih dari 1:1. Dan ada juga tele converter dan extension tube yang dipasang diantara lensa dan odi kamera.
Pembagian  fotografi makro  menggunakan kamera SLR/DSLR
Umum:
  • Menggunakan lensa khusus makro atau lensa  zoom yang  bertanda “bunga tulip”(bisa untuk foto makro )
  • Menggunakan  lensa tele atau lensa normal plus tele converter..
Untuk lebih jelasnya maka lensa2 dibawah ini adalah yang biasa di pergunakan untuk fotografi makro:
-  Lensa Makro Normal : 50mm
-  Lensa Makro Mid tele : 90-105mm
-  Lensa Makro Tele : 150-180mm
Ekstrem:
  • Memasang lensa tambahan lagi dengan posisi terbalik didepan lensa dengan tambahan sebuah adapter khusus.
  • Menggunakan filter tambahan seperti filter close-up didepan lensa.
  • Memakai filter yang seperti sifatnya  sebuah kaca pembesar/Lup , Raynox,
  • Atau bahkan ada juga yang menambahkan sebuah kaca pembesar yang di lekatkan didepan lensa.
Beberapa hal yang harus diperhatikan selama pemotretan makro adalah:
Lighting (sumber cahaya)
Dibagi dalam dua :
~ Natural lighting/cahaya alam/Matahari/available light
~ Artifisial lighting (Flash dan lampu studio)
Of Field (DoF)
DOF (kedalaman fokus) dalam fotografi makro, ruang ketajaman suatu foto akan indah bisa dilihat jikalau sesuai dengan object yang akan kita abadikan.
Karena semakin dekat jarak antara titik focus kamera dengan object maka akan semakin tipis/sempit DoFnya, ini dapat kita control dengan mengatur bukaan diafraga dari lensa nya. Tentunya kita tak akan menghasilkan foto kupu2 yang hanya tajam dibagian mata saja sementara keindahan dari warna sayapnya menjadi blur.
Jadi jikalau kita ingin mendapatkan DoF yang lebih lebar, tetapi jarak antara lensa dengan objectnya ingin lebih dekat, maka bukaan difragma haruslah di set semakin kecil nilainya (biasanya antara f/5.6 bisa sampai f/16).
Faktor yang mempengaruhi DoF adalah :
  • Panjang Lensa :makin panjang lensa makin tipis DOF yang akan dihasilkan
  • Jarak focus : Makin dekat jarak focus suatu object dari lensa, makin tipis DoF yang akan dihasilkan.
  • Diafragma: Makin besar bukaan lensa (f/2.8) makin tipis DoF yang akan dihasilkan.
Jadi kesimpulannya, DoF yang dihasilkan adalah kombinasi dari ke 3 variabel tsb.
Pada fotografi makro,  DoF  yang akan dihasilkan relative sangatlah tipis (kebalikan dari pemotretan landscape).
Fokus
~  Auto fokus
~  Manual fokus
Focusing pada fotografi makro tidaklah sulit apabila kita lakukan pada benda mati/diam. Tapi akan sangatlah sulit jikalau kita melakukannya pada benda yang bergerak seperti serangga yang selalu beterbangan.
Walaupun kini semua lensa sudah dilengkapi dengan fitur auto focus, tapi tidaklah semuanya memiliki kecepatan seperti yang kita harapkan dalam mengikuti object yang bergerak tersebut, jadi manual focusing sangatlah dibutuhkan dalam hal ini.
Setelah cukup terbiasa mendapatkan fokuc yang baik, barulah mencoba mengatur komposisi yang bagus.
Komposisi
Membuat komposisi agar sesuai dengan kaidah “Rule Of Third” sangatlah sulit, karena object yang akan kita foto selalu bergerak dan sangatlah kecil, kadangkala seluruh object tersebut mengisi frame kamera sepenuhnya.
Hanya dengan sering berlatih dan berlatihlah maka akan didapat komposisi yang bagus dan kreatifitas seorang fotografer sangatlah berperan sekali dalam menentukan komposisi antara foreground, background yang mendukung object (POI-Point of Interest) dengan DOF yang pas.
Indoor
Didalam ruangan biasanya menggunakan lampu tambahan seperti flash, ringflash, atau bahkan lampu studio.
Outdoor
Diluar ruangan kita selalu memanfaatkan cahaya matahari sebagai available lightingnya. Biasanya saat yang tepat untuk memotret makro adalah di pagi hari sampai jam 9 pagi, atau di sore hari jam 3-5 sore.
1. Tripod atau handheld
Disaat penggunaan flash tidak memungkinkan (karena serangga yang akan kita foto akan lari menjauh) maka untuk mendapatkan eksposure yang baik antara bukaan diafragma yang kecil (agar DOFnya lebih lebar) dan shutter speed sementara shutter speed yang kita dapat sangat rendah rendah, maka penggunaan tripod/monopod sangatlah di butuhkan agar hasil fotonya tidak menjadi blur.
Untuk jelasnya apabila shutter speed kita dibawah/lebih rendah/kecil dari 1/FL(Focal length) lensa yang dipergunakan maka sebaiknya pergunakanlah tripod/monopod. Contohnya kita memakai lensa yang 100mm, maka apabila shutter speed yang didapat di kamera 1/60 sebaiknya memakai tripod/monopod agar /object moment yang akan kita abadikan tidak menjadi blur.
Penggunaan tripod sangat membantu dalam pengambilan foto makro terutama disaat cuaca/matahari  tidak sedang terik .
Monopod lebih flexible terutama dalam pengambilan foto makro serangga.
2. Mood dan kesabaran
    Memotet adalah seperti halnya kita melukis sebuah kanvas putih, yang akan di lukis dengan menggunakan cahaya. Mood seorang fotografer akan tertuang dikanvas elektronik tersebut  saat mengabadikannya.
    Makro fotografi sangatlah menuntut kesabaran yang sangat tinggi dalam memotret sebuah bunga mawar apalagi seekor kupu2/lebah yang sedang sibuk menghisap madu di bunga.
    Ingatlah, focus, eksposure dan komposisi dari object yang akan kita lukis di kamera apakah sudah seperti yang akan kita abadikan sesuai dengan mood nya.
    3. Moment dan keberuntungan
      Moment tidaklah sesulit seperti yang kita bayangkan, kita bisa mempelajari waktu, kebiasaan  dan tempat dari setiap serangga keluar (pada umumnya pagi). Atau saat yang tepat/terbaik kapan sebuah bunga mawar akan mekar.
      Kadang kala factor keberuntungan lah yang mempertemukan fotografer dengan objectnya.
      Tapi janganlah lupa, jikalau kita tidak mendapatkan object baik dan menarik lantas tidak mau berusaha mengulanginya esok harinya.
      Karena kunci dari fotografi makro adalah teerus berlatih dan terus berusaha semaksimal mungkin.
      Beberapa tips & trik makro fotografi serangga dan bunga.
      ~  Pelajari /baca wajah daripada object:
      Pada saat memotret makro serangga, buatlah foto saat dia sedang berpose, tunggulah momen saat mata serangga tsb terpaku ke lensa.
      Bila memotret bunga, perhatikan dan carilah  sisi terbaik dari penampilan bunga tsb. Apakah harus mengambil angle secara keseluruhan, atau hanya diperlukan bagian kecil seperti putik atau benang sarinya.
      Bereksperimenlah dengan berbagai arah dan anglenya.
      ~  Background yang bersih:
      Usahakan semaksimalnya BG/background  itu bersih/simple yang mendukung POInya. Kalaupun ingin mendapatkan BG hitam (warna lain) bisa disiasati dengan menggunakan kain berwarna sebagai BGnya.
      ~  Hindari Angin:
      Memotret makro pada saat angin bertiup adalah hal yang sia2, karena kita akan mendapatkan hasil yang blur, bisa juga disiasati dengan mengatur shutter speed yang cepat, tapi sebisa mungkin hindarilah memotret makro disaat angin sedang bertiup sehingga akan membuat goyangan pada objectnya.
      ~  Sabar menunggu momen yang tepat:
      Pada saat berburu/hunting makro khususnya serangga, usahakan berdiam diri sehingga segala tidak menarik perhatian serangga tsb.
      Apabila kita akan mendekati object, usahakan agar gerakan kita tidak membuat serangga tsb melarikan diri meninggalkan kita.
      Dan apabila memotret  serangga yang menempel pada bunga, cari posisi yang tepat pada saat dia sedang menghisap madu atau pada saat dia keluar dari bunga adalah moment yang sangat bagus untuk diabadikan.
      ~  Tahan napas saat menekan shutter kamera.
      Membuat posisi spt segitiga antara lengan dan siku yang ditempel kedada kita akan memperkokoh pegangan kamera, ditambah dengan menahan napas sesaat pada waktu menekan shutter kamera akan mengurangi kemungkinan kamera shake dan bisa menghindari hasil foto yang blur/shake.
      ~  Tambahan cahaya:
      Walaupun cahaya tambahan seperti flash adalah tidak dianjurkan, tapi jika dengan menggunakan diffuser atau peredam cahaya pada flash akan membuat halus hasil fotonya dan tidak akan terlau keras kontras yang dihasilkan pada objectnya.
      Hindari direct flash ,atau tambahkan difusser pada flash, atau  gunakan tekhnik bouncing untuk mendapatkan dimensi dari object .
      Tulisan ini adalah sharing saya dari  berbagai pengalaman yang saya dapatkan sejak 10 Juni 2006 , saat dimana saya bergabung dengan situs fotografi tercinta www.fotografer.net ini.
      Intinya saya dapatkan dari berbagai w/shop, buku, dan juga pengalaman dari rekan-rekan lain yang sudah lebih dahulu menguasai ilmu fotografi makro.
      Tiada maksud ingin menggurui rekan2 semua, karena  masih banyak kekurangan yang saya miliki dibandingkan dengan para senior yang sudah lama berkecimpung di dunia fotografi makro.
      Semua contoh-contoh foto yang ada di artikel ini adalah hasil dari sejak saya bergabung di situs ini.
      Semoga bisa bermanfaat bagi rekan2 sesama pecinta fotografi  khususnya dunia makro dan akhir kata terima kasih saya ucapkan atas kesediaanya untuk membaca artikel ini dan saya mohon ma’af apabila artikel ini masih jauh dari sempurna.

      SEJARAH FOTOGRAPHY

      SEJARAH FOTOGRAPHY

      Meskipun manusia sudah menggunakan-patung dan lukisan selama beribu-ribu tahun untuk mengungkap santiran dari apa yang dili­hatnya, namun gagasan untuk melihat ini secara mekanis baru dimulai pada Abad ke-18, ketika para ilmu­wan menjadi tertarik oleh peranti kuno setengah-ilmiah yang dike­nal sebagai kamera obskura. Ini adalah sebuah ruangan kecil, gelap kecuali adanya cahaya yang masuk melalui lensa di dalam sebuah lubang kecil di satu dinding. Orang-orang di dalam ruangan melihat pemandangan dari alam yang disinari matahari di luar, yang dipro­yeksikan di dinding yang berhadapan. Tetapi santiran ini sebentar saja; sewaktu cahaya di luar mengabur, santiran itu menghilang.
      Usaha untuk menangkap dan mempertahankan santiran-santiran inilah yang menghasilkan fotografi. Eksperimen-eksperimen perta­ma dibuat dengan pelat-pelat logam yang dilapisi dengan berbagai macam larutan perak. Zat kimia ini mengurai perlahan-lahan bila terkena cahaya. Kalau pelat yang disiapkan secara demikian tadi diletakkan dalam kotak gelap (kamera obskura bentuk kecil) dan dipasang di depan sebuah pemandangan atau di depan suatu benda, perlahan-lahan bentuk remang-remang benda itu akan muncul pa­da pelat. Dari awal yang masih mentah inilah datangnya serentetan perbaikan dalam fotoreseptor, dalam zat kimia dan dalam kamera; beberapa di antara hal-hal penting ini dilukiskan oleh fotografi ku­no bersejarah yang ditunjukkan pada halaman-halaman berikut.

      Asal Usul Fotografi

      Asal Usul Fotografi
      Fotografi (dari bahasa Inggris: photography, yang berasal dari kata Yunani yaitu “Fos” : Cahaya dan “Grafo” : Melukis/menulis.) adalah proses melukis/menulis dengan menggunakan media cahaya.




       Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera. Tanpa cahaya, tidak ada foto yang bisa dibuat.

      Prinsip fotografi adalah memfokuskan cahaya dengan bantuan pembiasan sehingga mampu membakar medium penangkap cahaya. Medium yang telah dibakar dengan ukuran luminitas cahaya yang tepat akan menghailkan bayangan identik dengan cahaya yang memasuki medium pembiasan (selanjutnya disebut lensa).

      Untuk menghasilkan intensitas cahaya yang tepat untuk menghasilkan gambar, digunakan bantuan alat ukur berupa lightmeter. Setelah mendapat ukuran pencahayaan yang tepat, intensitas cahaya dapat diatur dengan merubah kombinasi ISO / ASA (ISO Speed), Diafragma (Aperture), dan Kecepatan Rana (Speed). Kombinasi antara ketiga aspek tersebut selanjutnya disebut sebagai Eksposur (Exposure).

      Selain exposure ada tiga hal lagi yang dianggap dasar dalam fotografi, yaitu :

      1. Composition      : komposisi dari objek-objek yang kita foto harus dibuat sedemikian rupa sehingga  
                                     menyatu dengan elemen-elemen lain di sekitarnya.
      2. Depth of Field   :  menentukan ketajaman objek yang akan difoto.
      3. Focus               :  menentukan titik terjelas dari obejk yang ingin ditonjolkan.
      Fotografi, terkadang dianggap sebagai salah satu alternative dalam beriklan. Bahkan tidak jarang dianggap suatu hal yang penting dalam memperkenalkan sebuah produk.

      Jenis Advertising photography atau fotografi periklanan, sering kita temui melalui print-ad atau iklan cetak.

      Media-medianya seperti, majalah, koran, tabloit, brosur, poster, hingga billboard, dll. Melalui tagline dalam print-ad tersebut, makna sebuah foto dalam fotografi periklanan berusaha dijelaskan.
      Ada beberapa jenis fotografi dalam Advertising Photography, yaitu :
      • Still Life (Produk)
      • Journalism Photograph
      • Landscape
      • Sport
      • Architecture
      • Children
      • Fashion
      Food
      Dalam Food Photography hal yang perlu diperhatikan adalah warna dan lightning.

      Minggu, 16 September 2012

      TEKNIK DALAM FOTOGRAPHY














      Yang sering menjadi kendala utama fotografer pemula adalah kendala teknis. Banyak yang tidak mengetahui dasar dan tidak mengenal kameranya dengan baik. Saya pikir ini penting sekali untuk diatasi sebelum melangkah lebih jauh. Dengan menguasai aspek teknis, kita bisa membuat foto yang kita inginkan.

      EXPOSURE / PENCAHAYAAN


      Inti fotografi adalah pencahayaan, maka itu sangat penting kita memahami hal ini. Ada tiga faktor utama yang menentukan pencahayaan yaitu bukaan (aperture), kecepatan pemantik (shutter speed) dan sensitivitas sensor (ISO).

      Jenis mode kamera yang bisa dipilih.
      • Jenis mode kamera yang bisa dipilih

      Berkaitan erat dengan pencahayaan, pertanyaan yang sangat sering saya dapatkan adalah mode kamera apa yang saya harus pakai. Bagi yang memahami prinsip pencahayaan, tentunya lebih cenderung memakai Manual (M), Aperture Priority (A/Av) atau Shutter Priority (S/Tv).


      Lalu bagaimana dengan Auto mode, atau Program (P) mode atau scene modes seperti landscape mode (yang gambarnya seperti gunung) atau portrait mode (yang gambar wajah orang dari samping)? Apakah boleh memakai mode itu? Boleh saja kalau belum memahami pencahayaan, tapi bila telah memahami, otomatis kita tidak butuh lagi mode-mode tersebut.


      Saya sendiri menyukai Aperture Priority, karena saya bisa fokus dalam mengendalikan berapa kabur latar belakang foto.


      Mempelajari pencahayaan ibaratnya seperti belajar mobil manual, berenang atau belajar naik sepeda. Pertama-tama rasanya susah sekali, tapi kalau sudah memahami dan disertai praktek yang teratur, segalanya akan menjadi lancar. Setelah memahami hal ini, hasil hasil foto-foto Anda akan lebih konsisten.


      EXPOSURE COMPENSATION / KOMPENSASI

       
      Histogram: Kalau kurva berwarna hitamnya banyak menumpuk di sebelah kanan seperti ilustrasi di atas. Ini menandakan pencahayaannya terlalu berlebihan

      Histogram: Kalau kurva berwarna hitamnya banyak menumpuk di sebelah kanan seperti ilustrasi di atas. Ini menandakan pencahayaannya terlalu berlebihan


      Masih berkaitan dengan pencahayaan, hal yang perlu diperhatikan terutama fotografi digital adalah menghindari pencahayaan berlebih sehingga foto menjadi terlalu terang karena akan banyak detail yang hilang dan tidak bisa dimunculkan kembali. Untuk mengecek apakah foto kita terlalu terang, kita bisa lihat di layar LCD atau histogram.


      Selain itu seringkali bila pemandangan di depan kita lebih banyak warna gelapnya daripada terangnya, kamera sering salah menafsirkan, sehingga foto menjadi lebih terang. Untuk itu, kita bisa mengakalinya dengan mengunakan fungsi kompensasi pencahayaan.


      Nilai kompensasi tergantung pemandangan, jenis pengukur cahaya /metering yang aktif dan jenis kamera. Saran saya coba-coba saja sampai menemukan pencahayaan yang optimal.

      Dalam foto ini, kompensasi pencahayaan diperlukan karena sebagian besar area di dalam foto berwarna gelap. Bila tidak, wajah akan terlalu terang dan jubah akan berwarna abu-abu. Data Teknis: Av mode, 200mm, f/4, 1/320 detik, ISO 200, EC -1.

      Dalam foto ini, kompensasi pencahayaan diperlukan karena sebagian besar area di dalam foto berwarna gelap. Bila tidak, wajah akan terlalu terang dan jubah akan berwarna abu-abu. Data Teknis: Av mode, f/4, 1/320 detik, ISO 200, EC.